top of page
articleblog100

T beam Design

T beam atau dalam bahasa Indonesianya adalah balok T, adalah balok yang pengecorannya dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau sering disebut (monolit). Sehingga plat beton diperhitungkan sebagai sayap dari balok, dengan lebar sayap tertentu. Secara umum balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir (exterior) dan balok tengah (interior) .

ya gambar di atas saya ambil dari salah satu website teknik sipil di Indonesia, dan kita akan menentukan jumlah tulangan untuk balok T tersebut dapat menahan beban yang bekerja padanya. sebelumnya perilaku balok T apabila terkena momen yang bekerja padanya adalah sebagai berikut :


LEBAR EFEKTIF SAYAP

Pada saat balok menahan beban, tidak semua bagian pelat yang berada diatasnya berdeformasi. Semakin jauh pelat dari sumbu balok semakin kecil konstruksi pelat itu mempengaruhi deformasi balok yang dihasilkan. SNI 2002 pasal 10, 10 mengatur besaran bagian pelat yang dapat diambil sebagai bagian dari balok (atau lebih dikenal dengan lebar efektiv pelat), yaitu :

  1. Lebar efektiv pelat lantai adalah ≤ 1/4 bentang balok

  2. Lebar efektiv pelat yang diukur dari masing-masing tepi badan balok tidak boleh melebihi nilai terkecil dari :

  3. 8 kali tebal pelat

  4. 1/2 jarak bersih antara badan – badan yang bersebelahan

Untuk balok dengan pelat hanya pada satu sisinya saja (balok eksterior), lebar sayap efektiv diukur dari sisi balok tidak boleh melebihi dari :

  1. 1/12 panjang batang balok

  2. 6 kali tebal pelat

  3. 1/2 jarak bersih antara badan-badan balok yang berdekatan

ANALISIS BALOK “T”

Pada umumnya, zona tekan balok “T” berbentuk persegi seperti terlihat pada gambar 4.2b (diatas). Untuk kasus seperti ini, balok “T” tersebut dapat dianalisa sebagai balok persegi dengan lebar “b”. Untk kasus dimana zona tekan berbentuk “T” seperti pada gambar 4.2d (diatas) analisis dapat dilakukan dengan memperhitungkan secara terpisah kontribusi sayap dan badan penampang dalam menahan momen. (gambar dibawah)


Analisis dilakukan secara terpisah sebagai berikut :

BALOK SAYAP

Luas zona tekan = (b – bw) hf

Gaya tekan Cf = 0,85. fc’. (b – bw) hf

Syarat keseimbangan , Tf = Cf

Sehingga dengan asumsi fs = fy maka :

Asf. fy = 0,85. fc’. (b-bw) hf

sehingga Asf dapat dicari dari persamaan di atas

Lengan momen = (d-hf/2)

Mnf = 0,85. fc’. (b-bw) hf (d-hf/2)

atau, Mnf = Asf. fy (d-hf/2)

BALOK BADAN

Luas tulangan tarik badan –>  Asw = As – Asf

Gaya tekan , Cw = 0,85. fc’. bw. a

Syarat keseimbangan –> Cw = Tw = Asw . fy

sehingga, a = Asw.fy / 0,85. fc’. bw

Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga :

Mnw = 0,85. fc’. bw. a (d-a/2),  atau

Mnw = Asw. fy (d-a/2)

Maka Momen pada balok T adalah  =  Momen pada balok sayap + Momen pada balok badan

Momen balok T = Mnf + Mnw

PERHITUNGAN APAKAH fs=fy

Pada langkah analisis di depan, fs diasumsikan = fy (tulangan leleh). Asusmsi ini harus dicek, seperti yang pernah dijelaskan pada bab sebelumnya, dengan membandingkan nilai (a/d) hasil perhitungan terhadap nilai(ab/d) yaitu

ab/d  =  β1.  (600/600+fy)

Jika a/d  ≤  ab/d  , , , maka fs = fy

BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T

Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal 12.3 butir 3 mensyaratkan :

ρ ≤ 0,75 ρb

Untuk balok T yang berperilaku seperti balok persegi, perhitungan ρb dapat dihitung menggunakan rumus yang diberikan pada bab sebelumnya. Jika zona kompresi pada balok T berbentuk “T” maka perlu dihitung luas tarik yang berhubungan dengan keruntuhan seimbang (balanced), yaitu :

Asb = Cb/fy  –> Cb = 0,85.fc’. [(b-bw)hf+bw.a]

sehingga, A max ≤ Asb

TULANGAN MINIMUM BALOK T

SNI 2002 pasal 12.5 butir 2 mensyaratkan batasan tulangan minimum untuk balok T yaitu

Asmin = (√f’c / 2.fy) bw.d

atau

Asmin = (√f’c / 4.fy) bf.d

Rujukan : Bahan Ajar Struktur berton Dr.Ir Antonius, MT (Dosen Unissula Semarang)

12 views0 comments

Comentários


bottom of page